Translate

Selasa, 18 November 2014

Gerakan Indonesia Menulis; Mencari Nilai Keberartian

Dalam rangka pelaku kreatif untuk memperoleh peningkatan kemampuan produksi dan kreasi karya kreatif berbasis media. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia melalui Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, menyelenggarakan kegiatan Gerakan lndonesia Menulis. Yang berlangsung pada tanggal 25 September 2014 di Hotel Horison Kendari. Kegiatan ini merupakan penggabungan antara sosialisasi, bimtek dan workshop menulis.

Banyak keseruan yang terjadi dalam acara ini. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak seru. Itulah yang menjadi awal dimulainya sesi materi, dimana setiap peserta harus memperkenalkan diri kepada semua yang ada didalam ruangan itu. Baik panitia, pemateri maupun kepada seluruh peserta lainnya. Semua membentuk lingkaran, sistem perkenalan dibuat dalam bentuk games. Jadi caranya, setiap peserta harus menyebutkan nama orang lain, dimulai dari pemateri selanjutnya panitia dan berlanjut kepada seluruh peserta.

Games ini bertujuan untuk menstimulus daya ingat berdasarkan urutan pertama hingga urutan terakhir dan tetap dalam lingkaran itu, semua harus bisa menghafal semua nama-nama teman yang ada dan saling membantu untuk mengingatkan. Acara ini dikemas santai namun sangat efektif, tanpa banyak prolog pemateri memberi pemahaman tentang proses kreatif, mulai dari proses kreatif menulis Stephen King, Ernest Hemingway sampai JK Rowling. Kegiatan ini menghadirkan beberapa pemateri yang berasal dari kalangan penerbit juga pengamat buku.



Tutu selaku pihak penerbit buku, menjelaskan hal-hal teknis dan urgen soal penulisan serta dunia penerbitan. Apa-apa yang seharusnya dilakukan sebelum mengirimkan naskah. Di Mizan sekurang-kuranganya ada 30 naskah dimeja editor tiap harinya. Bisa dibayangkan reaksi editor saat membaca kalimat pertama sinopsis, draft novel atau apa pun yang tidak sesuai kaidah penulisan yang baik dan benar. Bahkan mereka langsung mengukur kemampuan literasi penulis dibagian proposal pengajuan naskah.


Penjelasan Tutu telah menjawab rangkaian pertanyaan dari beberapa peserta yaitu Amaya dan Diyanti. Diyanti bertanya mengenai apa yang akan dilakukan calon penulis lokal untuk menembus penerbit mayor, sedang Amaya lebih menyoalkan ketertarikan utama editor terhadap sebuah naskah dan apa saja yang menyebabkan pihak penerbit mengabaikan satu karya, juga bagaimana peluang kesejahteraan penulis di Indonesia. Sesi ini berlangsung begitu menarik, banyak penanya lain yang bertanya dengan antusias. Derlin juga menanyakan tentang kans kearifan lokal yang diangkat melalui sebuah karya fiksi dan non fiksi. Saat ia menyebutkan istilah-istilah lokal Kendari pemateri ikut tertawa.

Pemateri kedua adalah Hikmat Darmawan yang juga tidak kalah menariknya dari pemateri pertama. Walau apa yang disampaikannya tidak lepas dari tahapan-tahapan kreatif dalam menulis. Ia melakukannya dengan gaya yang ringan sembari berkelakar. “Jangan menulis sampah, kasian pohonnya.” kata Hikmat. Kalimat ini membuat peserta terdiam. Sering kali penulis pemula ingin karyanya cepat diterbitkan tapi mungkin tidak berpikir nilai keberartiannya.


Tentu tidak semua penulis pemula seperti itu. Intinya saat akan menulis tidak perlu berpikir itu akan bermanfaat bagi orang atau tidak, biarkan saja pembaca yang menafsirkannya. Penulis pemula mungkin sering terhalang oleh “efek manfaat” yang pada akhirnya tidak jadi menulis karena itu. Poin selanjutnya masih melalui pengalaman-pengalaman berharganya, ia menghimbau para peserta tak boleh menyepelekan efek medsos, seperti menulis diblog atau informasi-informasi penting yang bisa diposting melalui akun jejaring sosial. Karena itu salah satu networking yang bagus dan baik serta bisa menghadirkan peluang yang lebih besar.


Dipenghujung acara peserta yang beruntung karena aktif dalam forum tersebut mendapatkan paket hadiah berupa tshirt, buku dan alat tulis, serta kepada seluruh peserta diberikan 4 lembar kertas seperti questioner untuk diisi dengan beberapa pertanyaan tentang karya sastra. Para peserta semua berpisah beberapa saat setelah pihak penyelenggara menutup acara dengan kata-kata berarti, “Sampai bertemu di kompetisi menulis tahun 2015”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar