Translate

Jumat, 28 Maret 2014

Lounching Event Disparekraf Sultra 2014 di Jakarta


Kesadaran akan suatu perubahan dan perkembangan yang terjadi terkadang tak disadari dan berjalan sangat cepat. Disaat melihat suatu pergerakan dan perjuangan yang beda dan unik serta diluar dari kebiasaan yang ada, barulah sadar bahwa kita harusnya ikut berubah dan berkembang agar tidak stagnan, berjalan ditempat dan siap menghadapi perubahan peradaban ekonomi dunia, dimana tidak ada lagi batasan ruang dan waktu antara daerah satu dengan daerah yang lain, antara satu provinsi dengan provinsi yang lain, antara negara yang satu dengan negara yang lain.

Era kini mengandalkan kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai obyek utama dalam perekonomian yaitu Seni Kreatifitas. Dalam memanfaatkan serta mengelolah Budaya lokal, sejarah dan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai potensi pariwisata, material untuk berkarya membangun industri kreatif.

Perubahan peradaban perekonomi dunia mulai dari Ekonomi Pertanian – Ekonomi Industrial – Ekonomi Teknologi – Ekonomi Telekomunikasi  dan Informasi. Kini dan selanjutnya perubahan tersebut memasuki era Ekonomi Kreatif. Tentunya untuk membangun itu, diperlukan pelaku yang secara ikhlas dengan kebiasaan berkumpul, diskusi, sharing, bekerja dan berkarya bersama sesuai dengan hobi dan disiplin ilmu pengetahuan serta pengalaman menjadi khasanah untuk mewujudkan program membangun industri kreatif. Komunitas dan Usaha Mikro Kecil (UMK) adalah pelaku yang harusnya menjadi ujung tombak dan mendapat perhatian khusus dari Pemerintah dan Masyarakat, saatnya para Komunitas dan UMK untuk unjuk diri, bergerak dan berjuang secara masiv berkarya Seni nan Kreatif agar dapat menangkis dan memenangkan pertarungan dalam perdagangan bebas antar negara (globalisasi).

Tidak ada kata terlambat bagi OK;OrangKreatif untuk membangun, mengembangkan dan memajukan potensi daerah akan industri kreatif sebagai kunci utama Ekonomi Kreatif. Apalagi bagi Birokrasi Pemerintah Daerah sebagai perwakilan dari Pemerintah Pusat Republik Indonesia. Komunitas, Pelaku UMK dan tentunya seluruh Masyarakat Sulawesi Tenggara bersyukur dan ikut bangga dengan kesadaran dan inisiatif dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk lebih fokus bekerja dengan program-program kreatif.

Terbentuknya Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Tenggara dapat menjawab itu semua dan mengapresiasi pergerakan, perjuangan dan tuntutan dari para Komunitas-Komunitas Kreatif yang ada di bumi Anoa sebagai bahtera Indonesia.

Dengan adanya acara Lounching Event Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Tenggara 2014 yang diselenggarakan di Gedung Balairung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia di Jalan Merdeka Barat No. 17 Jakarta, pada hari Jumat tanggal 28 Maret 2014 pukul 19.00 WIB – Selesai. Dimana dalam pelaksanaan acara tersebut terdapat pergelaran Seni Budaya Sulawesi Tenggara, Pemutaran Film Pariwisata, Prosesi Peluncuran Logo Visit Southeast Sulawesi 2015 yang dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ibu Marie Eka Pangestu dan Gubernur Sultra, bersama Bupati dan Walikota se Provinsi Sultra. Undangan peserta lounching dari kedutaan besar di Jakarta, pejabat Kemenparekraf, media TV dan majalah nasional, industri pariwisata/biro perjalanan Jakarta, serta masyarakat Sultra di Jakarta.
Pada acara tersebut juga diadakan press confrence dengan media nasional, pameran mini Kabupaten Kota se Sultra, bahan promosi pariwisata Kabupaten/Kota untuk masuk di kalender event, kuliner daerah, dan produk kreatif. Dengan demikian pariwisata, seni dan budaya serta produk kreatif Sultra makin dikenal oleh Nasional dan menjadi agenda promosi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif masuk di kalender event nasional, dan Hallo Sultra akan menjadi event nasional.

Puncak dari acara Lounching Event Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Tenggara 2014 selanjutnya akan diselenggarakan secara meriah yang dipusatkan di Kota Kendari sebagai Ibukota Provinsi dengan melibatkan seluruh Masyarakat, Birokrasi, Lembaga, Komunitas, Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta mengikutsertakan perwakilan 33 Provinsi di Indonesia. Dengan acara peringatan dan perayaan Dirgahayu Sulawesi Tenggara yang memasuki usia 50 tahun dan perubahan nama kegiatan yang sudah 6 kali dibuat sejak tahun 2008 yaitu Halo Sultra. Untuk pelaksanaan yang ke 7 kali ini nama kegiatan menjadi Hello Sultra 2014.

Dalam rangkaian penyelenggaraan Hello Sultra 2014, akan digelar lulo (tarian khas Sultra) secara massal dengan bergandengan tangan di Teluk Kendari dan dilapangan alun-alun Eks MTQ Nasional Kendari dengan target rekor dunia, Kendari karnaval/pawai seni dan budaya, festival kuliner daerah yang akan diikuti TP PKK se Kabupaten Kota, pawai etnik daerah Sultra, fashion tambang, pertemuan provinsi kepulauan dan seminar-seminar serta berbagai kegiatan lomba yakni parade lomba kapal hias, lomba mobil hias, lomba gerak jalan mewarnai perayaan Dirgahayu Emas Provinsi Sultra.

Teruslah berkarya, jangan pernah berhenti sedetikpun!
MR.WM


Referensi :

Rabu, 12 Maret 2014

BERMUSIKLAH DENGAN IDE DAN IMAJINASI, TIDAK PERLU PANGGUNG BESAR DAN MENJADI ARTIS TERKENAL

Setiap pergerakan akan membawa perubahan, perjuangan dengan ikhlas dan konsisten selalu menjadi sejarah yang menginspirasi dan memotivasi khalayak. Setiap kisahnya sangat menarik untuk dijadikan pelajaran. Tanggal lahirnya 9 Maret tahun 1903 dan telah dipatenkan menjadi Hari Musik Nasional, walau ada versi lain yang menyebutkan bahwa tanggal 19 Maret adalah hari kelahiranya, namun perbedaan itu tidak menjadi perdebatan kontradiksi yang mengurangi nilai historis seorang seniman. Beliau adalah Wage Rudolf Soepratman.
Monumen Wage Rudolf Soepratman | foto by dewantorobimo.wordpress.com
 
Pemuda kreatif dan produktif yang menghabiskan masa mudanya untuk berjuang dengan keyakinan akan kemerdekaan, serta menghasilkan karya musik dalam melawan penjajahan kolonialisme ditanah ibu pertiwi. Dengan karya musiknya telah menjadikannya sebagai salah satu Pahlawan Nasiona Indonesia. WR. Soepratman yang hingga akhir hayatnya, di usia produktif 35 tahun ajal menjemputnya. Komitmen berjuang sesuai dengan bakat dan keahliannya serta memaksimalkan talenta yang dianugerahi oleh Tuhan Yang maha Esa. Musik adalah senjata ampuhnya, mengalahkan senjata api maupun bom atom yang digunakan oleh negara-negara lain untuk mewujudkan keangkuhan dan keserakahannya.

D'Sound Perform | foto by Alm. Afsal (Ketua seumur hidup Kaskus Regional Kendari)
WR. Soepratman tidak pernah tampil dipanggung besar dan bukanlah seorang artis terkenal, beliau hanyalah musisi yang independen, konsisten dalam berkarya dengan ide dan imajinasinya serta tampil ikhlas tanpa bayaran sepersenpun. Prestasi yang diraihnya mengalahkan seluruh artis yang terkenal berlimpahan materi, karyanya menjadi lagu kebangsaan Indonesia yang wajib dinyayikan disetiap peringatan upacara bendera, acara kenegaraan maupun acara non formal hingga acara komunitas jalanan. Begitu juga bagi warga negara asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia wajib menghafal dan menyanyikan maha karya tersebut.

Lagu Indonesia Raya telah menumpaskan bentuk penjajahan dan memerdekakan seluruh warga Indonesia serta menyatukan NKRI dari Sabang sampai Marauke. Seluruh karya musik beliau merupakan kearifan lokal dan berasa nasionalisme serta berbentuk kritikan bagi kalian yang melupakan sejarah Indonesia. WR. Soepratman semasa hidupnya, sempat menginjakkan kakinya di 3 kota di Indonesia dengan meninggalkan warisan bukan berupa harta karun dan panggung besar, melainkan kisah seniman sejati yang menjadi sejarah Republik Indonesia, dengan karya musik apa adanya tanpa harapan royalti dan award bagi artis-artis zaman sekarang dan era yang akan datang.

Di Makassar, disitulah bakat musiknya berkembang. Beliau ikut kakaknya yang bernama Roekijem ke Makassar, kemudian belajar musik dari kakak iparnya yaitu Willem Van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan bisa menggubah lagu. Selanjutnya pindah ke Bandung. Wage Rudolf Soepratman memiliki hasrat untuk menjadi pemburu berita. Di Bandung, beliau menjadi wartawan harian surat kabar, pada tahun 1924 di usianya 21 tahun. WR. Soepratman membuat Lagu Indonesia Raya. Pekerjaan sebagai wartawan tetap dilakukannya sewaktu tinggal di Batavia (Jakarta). Di Jakarta, yang menjadi pusat pergerakan bangsa. Beliau mulai tertarik dengan pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan, rajin mengunjungi rapat-rapat organisasi pemuda. Rasa tidak senang terhadap penjajahan kolonialisme mulai tumbuh bagaikan bola salju, hampir setiap hari Wage Rudolf Soepratman mengkritisi kebijakan politik dan penindasan masyarakat yang disebabkan oleh penjajahan pemerintah Hindia Belanda.

Di hari Sumpah Pemuda pada malam penutupan Kongres Pemuda II, tanggal 28 Oktober 1928, WR. Soepratman beraksi dengan lagu ciptaannya secara instrumental dengan biola. Pada saat itulah untuk pertama kalinya Lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Lagu tersebut merupakan perwujudan rasa persatuan, kesatuan dan kehendak untuk merdeka. Lagu Indonesia Raya menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di Indonesia, yang mendukung ide satu INDONESIA.

Hari Musik Nasional, selain sebagai ajang bagi seluruh musisi-musisi yang ada di Indonesia. Harusnya dijadikan juga sebagai peringatan sejarah panjang lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan bentuk event yang secara swadaya memberikan hiburan gratis kepada seluruh warga negara Indonesia, memanfaatkan venue alam Indonesia yang sangat indah dengan kearifan lokal, berbudaya sebagai panggung utama sekaligus mempromosikan pariwisata Indonesia, ikhlas beraksi dengan penampilan secara instrumental yang lebih modern dengan ide dan imajinasi yang jauh lebih kreatif, inovatif dan menjadi solutif bagi musik tanah air. Tanpa ada diskriminasi terhadap beberapa genre musik yang ada dan hidup di Indonesia, tanpa dogma akan jalur indie label dan major label serta bisa menyatukan musisi-musisi Indonesia berikut dengan seluruh (fans) pengemar musik.

‘Damai Bermusik, Damai Indonesiaku’.
 MR.WM