Dalam rangka
pelaku kreatif untuk memperoleh peningkatan kemampuan produksi dan kreasi karya
kreatif berbasis media. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia melalui Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, menyelenggarakan
kegiatan Gerakan lndonesia Menulis. Yang berlangsung pada tanggal 25 September
2014 di Hotel Horison Kendari. Kegiatan ini merupakan penggabungan antara
sosialisasi, bimtek dan workshop menulis.
Banyak keseruan yang terjadi dalam acara ini. Tak
kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak seru. Itulah yang menjadi awal
dimulainya sesi materi, dimana setiap peserta harus memperkenalkan diri kepada
semua yang ada didalam ruangan itu. Baik panitia, pemateri maupun kepada
seluruh peserta lainnya. Semua membentuk lingkaran, sistem perkenalan dibuat
dalam bentuk games. Jadi caranya, setiap
peserta harus menyebutkan nama orang lain, dimulai dari pemateri selanjutnya
panitia dan berlanjut kepada seluruh peserta.
Games
ini bertujuan untuk menstimulus daya ingat berdasarkan urutan pertama hingga
urutan terakhir dan tetap dalam lingkaran itu, semua harus bisa menghafal semua
nama-nama teman yang ada dan saling membantu untuk mengingatkan. Acara ini
dikemas santai namun sangat efektif, tanpa banyak prolog pemateri memberi
pemahaman tentang proses kreatif, mulai dari proses kreatif menulis Stephen
King, Ernest Hemingway sampai JK Rowling. Kegiatan ini menghadirkan beberapa
pemateri yang berasal dari kalangan penerbit juga pengamat buku.
Tutu selaku pihak penerbit buku, menjelaskan
hal-hal teknis dan urgen soal
penulisan serta dunia penerbitan. Apa-apa yang seharusnya dilakukan sebelum
mengirimkan naskah. Di Mizan sekurang-kuranganya ada 30 naskah dimeja editor
tiap harinya. Bisa dibayangkan reaksi editor saat membaca kalimat pertama
sinopsis, draft novel atau apa pun yang tidak sesuai kaidah penulisan yang baik
dan benar. Bahkan mereka langsung mengukur kemampuan literasi penulis dibagian
proposal pengajuan naskah.
Penjelasan Tutu telah menjawab rangkaian
pertanyaan dari beberapa peserta yaitu Amaya dan Diyanti. Diyanti bertanya
mengenai apa yang akan dilakukan calon penulis lokal untuk menembus penerbit
mayor, sedang Amaya lebih menyoalkan ketertarikan utama editor terhadap sebuah
naskah dan apa saja yang menyebabkan pihak penerbit mengabaikan satu karya,
juga bagaimana peluang kesejahteraan penulis di Indonesia. Sesi ini berlangsung
begitu menarik, banyak penanya lain yang bertanya dengan antusias. Derlin juga
menanyakan tentang kans kearifan lokal yang diangkat melalui sebuah karya fiksi
dan non fiksi. Saat ia menyebutkan istilah-istilah lokal Kendari pemateri ikut
tertawa.
Pemateri kedua adalah Hikmat Darmawan yang juga tidak
kalah menariknya dari pemateri pertama. Walau apa yang disampaikannya tidak
lepas dari tahapan-tahapan kreatif dalam menulis. Ia melakukannya dengan gaya
yang ringan sembari berkelakar. “Jangan menulis sampah, kasian pohonnya.” kata
Hikmat. Kalimat ini membuat peserta terdiam. Sering kali penulis pemula ingin
karyanya cepat diterbitkan tapi mungkin tidak berpikir nilai keberartiannya.
Tentu tidak semua penulis pemula seperti itu. Intinya
saat akan menulis tidak perlu berpikir itu akan bermanfaat bagi orang atau
tidak, biarkan saja pembaca yang menafsirkannya. Penulis pemula mungkin sering
terhalang oleh “efek manfaat” yang pada akhirnya tidak jadi menulis karena itu.
Poin selanjutnya masih melalui pengalaman-pengalaman berharganya, ia menghimbau
para peserta tak boleh menyepelekan efek medsos, seperti menulis diblog atau
informasi-informasi penting yang bisa diposting melalui akun jejaring sosial.
Karena itu salah satu networking yang
bagus dan baik serta bisa menghadirkan peluang yang lebih besar.
Dipenghujung
acara peserta yang beruntung karena aktif dalam forum tersebut mendapatkan
paket hadiah berupa tshirt, buku dan alat
tulis, serta kepada seluruh peserta diberikan 4 lembar kertas seperti questioner untuk diisi dengan beberapa
pertanyaan tentang karya sastra. Para peserta semua berpisah beberapa saat
setelah pihak penyelenggara menutup acara dengan kata-kata berarti, “Sampai bertemu
di kompetisi menulis tahun 2015”.