
Monumen Wage Rudolf Soepratman | foto by dewantorobimo.wordpress.com
Pemuda
kreatif dan produktif yang menghabiskan masa mudanya untuk berjuang dengan keyakinan
akan kemerdekaan, serta menghasilkan karya musik dalam melawan penjajahan
kolonialisme ditanah ibu pertiwi. Dengan karya musiknya telah menjadikannya
sebagai salah satu Pahlawan Nasiona Indonesia. WR. Soepratman yang hingga akhir
hayatnya, di usia produktif 35 tahun ajal menjemputnya. Komitmen berjuang
sesuai dengan bakat dan keahliannya serta memaksimalkan talenta yang
dianugerahi oleh Tuhan Yang maha Esa. Musik adalah senjata ampuhnya,
mengalahkan senjata api maupun bom atom yang digunakan oleh negara-negara lain
untuk mewujudkan keangkuhan dan keserakahannya.
D'Sound Perform | foto by Alm. Afsal (Ketua seumur hidup Kaskus Regional Kendari)
WR. Soepratman
tidak pernah tampil dipanggung besar dan bukanlah seorang artis terkenal, beliau
hanyalah musisi yang independen, konsisten dalam berkarya dengan ide dan
imajinasinya serta tampil ikhlas tanpa bayaran sepersenpun. Prestasi yang
diraihnya mengalahkan seluruh artis yang terkenal berlimpahan materi, karyanya
menjadi lagu kebangsaan Indonesia yang wajib dinyayikan disetiap peringatan
upacara bendera, acara kenegaraan maupun acara non formal hingga acara
komunitas jalanan. Begitu juga bagi warga negara asing yang ingin menjadi warga
negara Indonesia wajib menghafal dan menyanyikan maha karya tersebut.
Lagu
Indonesia Raya telah menumpaskan bentuk penjajahan dan memerdekakan seluruh
warga Indonesia serta menyatukan NKRI dari Sabang sampai Marauke. Seluruh karya
musik beliau merupakan kearifan lokal dan berasa nasionalisme serta berbentuk
kritikan bagi kalian yang melupakan sejarah Indonesia. WR. Soepratman semasa
hidupnya, sempat menginjakkan kakinya di 3 kota di Indonesia dengan
meninggalkan warisan bukan berupa harta karun dan panggung besar, melainkan
kisah seniman sejati yang menjadi sejarah Republik Indonesia, dengan karya
musik apa adanya tanpa harapan royalti dan award
bagi artis-artis zaman sekarang dan era yang akan datang.
Di Makassar,
disitulah bakat musiknya berkembang. Beliau ikut kakaknya yang bernama
Roekijem ke Makassar, kemudian belajar musik dari kakak iparnya yaitu Willem Van
Eldik, sehingga pandai bermain biola dan bisa menggubah lagu. Selanjutnya
pindah ke Bandung. Wage Rudolf Soepratman memiliki hasrat untuk menjadi
pemburu berita. Di Bandung, beliau menjadi wartawan harian surat kabar, pada
tahun 1924 di usianya 21 tahun. WR. Soepratman membuat Lagu Indonesia Raya. Pekerjaan
sebagai wartawan tetap dilakukannya sewaktu tinggal di Batavia (Jakarta). Di
Jakarta, yang menjadi pusat pergerakan bangsa. Beliau mulai tertarik dengan
pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan, rajin
mengunjungi rapat-rapat organisasi pemuda. Rasa tidak senang terhadap
penjajahan kolonialisme mulai tumbuh bagaikan bola salju, hampir setiap hari Wage
Rudolf Soepratman mengkritisi kebijakan politik dan penindasan masyarakat
yang disebabkan oleh penjajahan pemerintah Hindia Belanda.
Di hari Sumpah Pemuda pada malam penutupan Kongres
Pemuda II, tanggal 28 Oktober 1928, WR. Soepratman beraksi dengan lagu
ciptaannya secara instrumental dengan biola. Pada saat itulah untuk pertama
kalinya Lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir
terpukau mendengarnya. Lagu tersebut merupakan perwujudan rasa persatuan,
kesatuan dan kehendak untuk merdeka. Lagu Indonesia Raya menandakan kelahiran
pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di Indonesia, yang mendukung ide satu
INDONESIA.
Hari Musik Nasional,
selain sebagai ajang bagi seluruh musisi-musisi yang ada di Indonesia. Harusnya
dijadikan juga sebagai peringatan sejarah panjang lahirnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dengan bentuk event yang
secara swadaya memberikan hiburan gratis kepada seluruh warga negara Indonesia,
memanfaatkan venue alam Indonesia
yang sangat indah dengan kearifan lokal, berbudaya sebagai panggung utama
sekaligus mempromosikan pariwisata Indonesia, ikhlas beraksi dengan penampilan
secara instrumental yang lebih modern dengan ide dan imajinasi yang jauh lebih
kreatif, inovatif dan menjadi solutif bagi musik tanah air. Tanpa ada
diskriminasi terhadap beberapa genre musik yang ada dan hidup di Indonesia, tanpa
dogma akan jalur indie label dan major label serta bisa menyatukan
musisi-musisi Indonesia berikut dengan seluruh (fans) pengemar musik.
‘Damai Bermusik,
Damai Indonesiaku’.
MR.WM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar